Minggu, 10 April 2011

Tak Perlu Takut Takut tetapi Selalu Waspada

Ada sebagian orang takut bertransaksi lewat internet. Alasannya: takut tertipu seperti orang-orang yang diberitakan di media massa itu. Khabarnya, ada yang tertipu melalui Facebook, Website palsu, informasi palsu, dan lain-lain. Ada yang tertipu ratusan ribu sampai jutaan rupiah bahkan ada yang sampai nggak pulang-pulang.
Pokoknya menakutkan, deh.
Wah, segitu amat ya? Gimana menurutmu, Sobat? Apakah dunia maya alias internet memang menakutkan dan perlu dihindari?
Sebelum kita menjawab pertanyaan semacam itu ada baiknya kita menelaah berbagai hal sebagai pertimbangan. Ya, setidaknya kita perlu mempertimbangan segi manfaat dan mudaratnya, segi baik dan buruknya. Mana yang lebih banyak, baik atau buruknya? Lebih baik lagi apabila kita bisa mengambil manfaatnya dan menghindari resiko negatifnya. Ya, setidaknya meminimalisasi kerugian bergaul dengan internet.
Menurutku, kejahatan bisa terjadi di mana saja, di internet maupun di dunia nyata. Begitulah interaksi dengan banyak orang yang memiliki beragam karakter, niat, dan keinginan itu. Kejahatan semacam penipuan yang sudah sering terjadi di dunia nyata tentu bisa saja terjadi di dunia maya alias internet. Malah sangat bisa karena karakter interaksi di internet memungkinkan kamuflase bahkan anonim.Lalu apakah kita harus alergi dan menghindari internet?Tunggu dulu. Menurut saya tidak perlu se-ekstrem itu. Internet masih mejanjikan hal-hal yang positif. Banyak informasi dan aktifitas positif yang bisa didapat dan dilakukan di internet. Bahkan sekarang ini internet juga menjadi gudang ilmu, tempat belajar, dan berbisnis yang menjanjikan.Sekedar informasi kecil, saya bisa mendesain blog, memasang banner, membuat e-book, menjalin pertemanan juga melalui internet, lho. Dari internet juga saya tahu bahwa orang-orang sukses seperti Jonru, Anne Ahira (maaf untuk beliau berdua: namanya saya sebut dalam tulisan ini bukan bermaksud negatif), dan lain-lain itu juga berbisnis dan bertransaksi melalui internet.Mereka tidak melakukan bisnis menipu melainkan menjual informasi  dan pelatihan Sekolah Menulis.

Awalnya, saya juga pernah ragu ketika ada orang yang menawari e-book dan newsletter gratis, misalnya. Alasannya ya itu tadi, takut ditipu. Apalagi mereka meminta nama panggilan dan e-mail. Saya pikir kalau orang itu meminta nomor rekening bank, ee, nanti dulu. Tapi karena hanya meminta nama panggilan dan alamat e-mail, ya saya mendaftar. Ternyata mereka memang mengirimkan e-book dan newsletter gratis selama beberapa kali. Sebagian besar-ebooknya bagus, bukan e-book sampah sehingga saya simpan sampai sekarang. Saya sempat heran, kok masih ada ya orang yang memberikan sesuatu secara cuma-cuma di zaman yang katanya "nggak ada yang gratis" ini.
Ternyata memang ada udang di balik batu tetapi tidak menipu. Akhirnya saya mengetahui (bahkan para penulisnya juga mengakui secara jujur) bahwa mereka mendapat nilai positif dari e-book dan newsletter yang mereka berikan itu. Secara halus biasanya penulis e-book tersebut menyisipkan iklan dan link yang merupakan usaha promosi produk mereka. Sejak itu saya sering mendaftar bila ada tawaran e-book baru dan unik. Alhamdulillah baik-baik saja.
Yang terpenting sekarang, kita harus waspada. Kalau membeli produk, lihat dulu profil penjualnya, alamat lengkap dan nomor teleponnya. Kalau perlu kontak lewat telepon dulu sebelum membeli. Yang demikian ini lebih bijaksana, saya rasa, karena tampaknya di masa depan transaksi online semakin sulit dihindari seolah menjadi gaya kehidupan modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar